Kamis, 06 Januari 2011

Identifikasi Telur Cacing

“IDENTIFIKASI TELUR CACING”

I. TUJUAN
Adapun tujuan pratikum ini adalah :
1. Untuk mengamati telur cacing yang ada pada ternak.
2. Untuk mengidentifikasi telur cacing.
3. Untuk menentukan jenis infeksi cacing yang ada pada ternak.

II. MATERI DAN METODA
A. MATERI
Alat :
Mikroskop

  • Gelas objek

  • Deck glass/gelas penutup

  • Batang pengaduk

  • Tabung sentrifus

  • Tabung reaksi

  • Gelas ukur

  • Saringan

  • Cawan petri


Bahan :

  • Feses segar dari ternak yang akan diperiksa (sapi)

  • Larutan garam jenuh.

  • Air /aquadestilata.

  • Contoh gambar – gambar telur cacing.









B. METODA
1) Metode Natif

± 1 gram feses segar taruh diatas gelas objek


Tambah beberapa tetes air


Diaduk sampai merata


Periksa dibawah mikroskop dengan pembesaran 10x


Amati telur cacing, gambar, dan identifikasi
















2) Metode Sedimentasi

±1 gram feses segar taruh di dalam gelas sample tambah air 50 ml


Aduk dan disaring


Tambahkan air sampai gelas penuh biarkan selama 10 menit


Buang supernatan, tambahkan air sampai penuh endapkan selama 10 menit


Buang supernatant, tinggalkan sedikit endapan


Masukan kedalam cawan petridi


Periksa dibawah mikroskop, amati, gambar hasil dan identifikasi











3) Metode Flotation/Uji Apung

Tabung reaksi diisi larutan garam jenuh (NaCl) tambahkan ± 1 gram feses segar


Aduk sampai homogen


Saring, kemudian masukan filtrat ke tabung reaksi ± ¾ tabung


Sentrifus dengan kecepatan 1500 rpm selama 5 menit


Tambahkan larutan garam jenuh sampai permukaannya cembung,
biarkan selama 15 menit


Tempelkan gelas penutup pada permukaan larutan,
kemudian letakkan pada gelas objek


Periksa di bawah mikroskop, amati, gambar hasil dan identifikasi









III. HASIL PRATIKUM
1. Metode Natif
Pratikum yang kami lakukan yaitu menggunakan feses sapi, dimana pada feses ini awalnya kami sulit untuk menemukan adanya telur cacing pada feses tersebut tapi setelah dilakukan berulang kali akhirnya kami dapat menemukan salah satu telur cacing yang ada pada feses tersebut yaitu telur cacing Schitosoma bovis dengan perbesaran mikroskop 10x.
Gambar :









Jenis telur cacing yang ditemukan adalah Schitosoma bovis.
2. Metode Sedimentasi
Pada pratikum ini kami juga menggunakan feses yang berasal dari ternak sapi, tetapi dalam metode ini kami tidak menemukan adanya telur cacing pada feses tersebut (negatif) walaupun sudah menggunakan mikroskop dengan perbesaran 10x.

3. Metode Flotation/Uji Apung
Feses yang kami gunakan pada pratikum ini juga berasal dari feses sapi tapi pada metode ini kami tidak menemukan adanya telur cacing (negatif) pada feses tersebut.




IV. PEMBAHASAN

Dari pratikum yang telah kami lakukan pada hari Selasa tanggal 24 November 2009 di Laboratorium Kesehatan Ternak tentang “Identifikasi Telur Cacing”, dimana pratikum ini dilakukan dengan 3 metode kerja diantaraya metode natif, metode sedimentasi dan metode flotation/uji apung. Ketiga metode ini dilakukan oleh setiap kelompok dengan cara membaginya agar pekerjaan lebih cepat dilakukan dan feses yang digunakan pun sesuai keinginan pratikan yang melakukan pratikum tersebut.
Dalam pratikum ini kelompok kami menggunakan sample feses sapi dalam ke tiga metode tersebut.
Pada Metode Natif kami dapat menemukan cacing telur dalam feses tersebut, dimana jenis cacing yang kami temukan yaitu yang berasal dari cacing Schitosoma bovis Trematoda Usus
Jenis Parasit Gastrointestinal yang ditemukan pada ternak ada 3 yaitu :
1. Cacing Nematoda (Nematodiosisi) seperti : Haemonchus contortus pada domba
2. Cacing Trematoda (Fasciolisis) seperti : Fasciola hepatica, Fasciola gigantica pada ruminansia
3. Cacing Cestoda (Cysticercosisi) seperti Cysticercus bovis pada ruminansia
Pada praktikum yang dilaksanakan cacing nya termasuk kelas Trematoda.
Trematoda
Trematoda merupakan cacing pipih yang berbentuk seperti daun, dilengkapi dengan alat-alat ekskresi, alat pencernaan, alat reproduksi jantan dan betina yang menjadi satu (hermafrodit) kecuali pada Trematoda darah (Schistosoma). Mempunyai batil isap kepala di bagian anterior tubuh dan batil isap perut di bagian posterior tubuh. Dalam siklus hidupnya Trematoda pada umumnya memerlukan keong sebagai hospes perantara I dan hewan lain (Ikan, Crustacea , keong) ataupun tumbuh-tumbuhan air sebagai hospes perantara kedua. Manusia atau hewan Vertebrata dapat menjadi hospes definitifnya. Habitat Trematoda dalam tubuh hospes definitif bermacam-macam, ada yang di usus, hati, paru-paru, dan darah. Macam-macam spesies Trematoda usus adalah: F. buski, H. heterophyes, M. yokagawai, Echinostoma, Hypoderaeum dan Gastrodiscus. Manusia menjadi hospes definitifnya dan hewan-hewan lain seperti mamalia (anjing, kucing) dan burung dapat menjadi hospes reservoar. Siklus hidup selalu memerlukan keong sebagai hospes perantara I dan hospes perantara II (keong : Echinostoma, tumbuhan air F.buski; ikan H.heterophyes dan M.yokogawai). Patologi penyakit yang disebabkan oleh Trematoda usus disebabkan oleh perlekatan cacing pada mukosa usus dengan batil isapnya. Semakin besar ukuran cacing maka semakin parah kerusakan yang ditimbulkan. Gejala klinis tergantung jumlah parasit dalam usus, pada infeksi ringan gejala tidak nyata, sedangkan pada infeksi berat gejala yang timbul adalah sakit perut, diare, dan akibat terjadinya malabsorpsi bisa timbul edema. Diagnosis dilakukan dengan menemukan telur dalam tinja penderita. Bila bentuk telur hampir sama maka perlu menemukan cacing dewasanya dalam tinja penderita. Obat-obatan untuk trematoda usus hampir sama, yaitu tetrakloretilen, heksilresorsinol, dan praziquantel.




Pada Metode Sedimentasi dan Metode Flotation/uji apung kami tidak menemukan telur cacing (negative) pada feses tersebut, ini dapat disebabkan oleh karena ternak sapi tersebut sehat dan lingkungannya baik dan bersih atau bisa juga disebabkan oleh ketidak telitian kami dalam melihat dan mengamati ada atau tidaknya telur cacing pada feses tersebut saat menggunakan mikroskop.




V. KESIMPULAN

Dari pratikum yang telah kami lakukan dengan menggunakan sampel feses sapi, maka dapat disimpulkan bahwa identifakasi telur cacing dengan metoda natif ditemukannya telur cacing Schitosoma bovis dibawah mikroskop dengan perbesaran 10x, sedangkan pada metode sedimentasi dan metode flotation/uji apung tidak ditemukannya telur cacing (negative) pada feses sapi tersebut.

























DAFTAR PUSTAKA
…………,2009. Penuntun Praktikum Kesehatan Ternak. Fakultas Peternakan. Universitas.Padang
www. Google.com

Tidak ada komentar: